Musibah
bagi orang yang beriman pada hakikatnya adalah ujian, ujian untuk
menguji seberapa besar iman kita terhadap Allah, dengan ujian itu apakah
manusia tetap berada pada jalan Allah atau malah dengan ujian itu kita
malah semakin menjauh dari Allah.
Musibah
atau ujian banyak sekali macamnya, diantaranya adalah seperti yang
difirmankan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 155, yang artinya :
Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. [QS. Al-Baqarah : 155]
karena
setiap kita pasti akan diuji keimanan kita dengan didatangkannya
musibah/ujian dari Allah, maka yang harus kita lakukan adalah menerima
cobaan itu dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan dengan penuh keyakinan
bahwa dibalik musibah pasti ada hikmah untuk kita, ada pelajaran yang
dapat kita ambil dari sebuah musibah itu,
Allah SWT berfirman:
.... Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.[QS. Al-Baqarah : 216]
Datangnya musibah tentu tidak disukainya, tetapi Allah mengatakan “ ia amat baik bagimu”,
artinya semua ketetapan Allah itu tidak ada yang sia-sia, meskipun itu
suatu musibah, kita harus tetap yakin bahwa dibalik itu pasti ada
hikmah/pelajaran untuk kita, mungkin dengan datangnya musibah itu datang
pula hidayah/petunjuk untuk kita, datangnya musibah akan membuat kita
makin dekat dengan Allah, atau paling tidak membuat kita akan lebih
berhati-hati untuk melangkah atau memilih.
Imam
Ibnu Qayyim berkata: “ pintu terdekat yang bisa dimasuki seorang hamba
untuk menghadap Allah adalah kebangkrutan, karena saat itu ia melihat
dirinya tidak memiliki pangkat, kedudukan, atau jalan yang bisa ia
andalkan, apalagi sarana yang ia bisa banggakan. Akan tetapi, dia masuk
untuk menemui Allah SWT lewat pintu kefakiran penuh dan kebangkrutan
sama sekali, seperti masuknya seorang yang hatinya telah hancur-luluh
akibat kafakiran dan kemiskinan, hingga sampailah kehancuran itu ke
lubuk hatinya dan dia pun tak tahu harus berbuat apa. Kehancuran
benar-benar meliputinya dari segenap penjuru, maka dia pun mengakui
sepenuhnya, tak bisa tidak mesti kembali kepada Rabbnya. Dan dirinya
benar-benar miskin dan mengharap belas-kasih kepada-Nya”. [Al-Wabil
Ash-Shoiyib, hal. 8]
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah berkata: “ suatu musibah yang membuatmu mau
menghadap Allah adalah lebih baik daripada suatu nikmat yang membuatmu
lupa dzikir kepada Allah”. [Tasliyat Ahl Al-Mash’oib, hal. 226]
Sufyan
bin Uyainah bekata: “ apa-apa yang tidak disukai seseorang lebih baik
daipada apa-apa yang disukainya, karena apa-apa yang tidak ia sukai akan
membangkitkannya untuk berdoa, sedang apa-apa yang disukainya
membuatnya terlena”. [Al-Faroj ba’da Asy-Syiddah karya Ibnu Abi
Ad-Dun-ya, hal. 22].
Oleh
karena itu dibalik musibah pasti ada hikmah, dibalik musibah pasti ada
pelajaran , semua ketetapan Allah pasti untuk kebaikan hamba-Nya, terima
musibah itu dengan ikhlas dan kesabaran, serta diiringi dengan
keyakinan bahwa dibalik musibah itu ada kebaikan untuk kita.
Wallahu ‘Alam Bish-Showab
0 komentar:
Posting Komentar