Ibnul Qayyim berkata:
“ Waktu bagi seseorang pada hakikatnya adalah umurnya, ia adalah materi
hidupnya untuk memperoleh nikmat abadi yang menyenangkan. Sebaliknya,
ia bisa juga menjadi materi kehidupannya yang hampa, di mana dia
mendapat siksa yang pedih. Waktu berjalan bagi jalannya awan.
Barangsiapa waktunya digunakan untuk Allah dan dengan Allah, itulah
hidupnya dan umurnya. Adapun Waktu yang selain itu, tidaklah terhitung
hidupnya, meskipun kala itu dia hidup bebas bagaikan kehidupan binatang,
jika dia menghabiskan waktunya dalam kelalaian, main-main, dan
angan-angan yang batil, sedang sebaik-baik waktu yang dia gunakan hanya
untuk tidur dan bermalas-malasan, maka matinya orang itu lebih baik
daripada hidupnya.”(Al-Jawab Al-Kafi hal.183)
Jadi,
menurut Ibnul Qayyim waktu ibarat umur atau nyawanya manusia, dan
dengan waktu itu ia akan memperoleh kenikmatan yang abadi apabila
mempergunakan waktu itu untuk Allah dan dengan Allah, maksutnya ia
mempergunakan waktu itu hanya untuk hal-hal yang diridhai Allah dan
dengan Allah artinya hidup dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan
Allah. Dan waktu itu bisa juga menjadikan kehidupan ini terasa hampa,
tidak ada nilainya sama sekali, apabila ia mempergunakan waktu itu untuk
hal yang sia-sia, untuk main-main. Apalagi hanya digunakan untuk tidur
dan bermalas-malasan, maka apabila kehidupannya hanya digunakan seperti
itu, tidak ada bedanya dengan kehidupan binatang. Padahal manusia itu
diberi kelebihan oleh Allah berupa akal, dengan akal itu seharusnya
manusia bisa memilih sesuatu yang membawa kebaikan untuknya.
Imam Ar-Rabbani Hasan Al-Bashri juga berkata:
“ Hai anak adam, sesungguhnya kamu tak ubahnya seperti hari-hari.
Setiap kali pergi satu hari, maka setiap itu pula pergi sebagian dari
dirimu”.(Hilyat Al-Auliya’ karya Al-AshFahani 2/148)
Maksutnya
Imam Ar-Rabbani Hasan Al-Bashri mengibaratkan anak adam (manusia)
seperti hari-hari, setiap satu hari yang kita lewati, maka jatah
waktu/hari yang diberikan kepada kita itu berkurang juga satu hari,
misalkan kita diberi jatah hidup itu 30 hari, maka semakin banyak hari
yang akan kita lewati, semakin hilang pula bagian jatah hidup kita, dan
lama-lama waktu 30 hari itu akan habis, dan apabila waktu itu habis maka
habis pula hidup kita, berarti mati.
Maka
dari itu setiap manusia pasti akan mati, waktu akan habis, mumpung
Allah masih memberikan kesempatan waktu untuk hidup, maka pergunakanlah
waktu itu dengan baik, pergunakan waktu itu untuk hal-hal yang bisa
mendekatkan dirimu dengan Allah, pergunakanlah hidupmu dengan
aturan-aturan Allah. Maka waktu yang digunakan seperti itu yang akan
memperoleh kenikmatan yang abadi, yakni surga. Insya Allah
Wallahu ‘alam bish-showab
0 komentar:
Posting Komentar