Dunia
adalah negeri segala musibah, kekeruhan, kesusahan, dan ancaman berupa
berbagai bahaya dan penyakit ; orang-orang yang kelaparan di dunia tiada
terhitung. Adapun orang yang bahagia ialah orang yang mengambil dari
dunia sekedar untuk bekal perjalannya saja menuju akherat tanpa
teperdaya dengannya.
Jadi,
dunia ini hanyalah kesenangan yang tidak seberapa dan akan segera
hilang. Begitu dia datang, dia pun akan segera pergi. Begitu dia memberi
kekayaan, dia pun akan segera memberi kemiskinan, dan begitu dia
menghimpun, dia pun akan segera menceraikan.
Rasulullah bersabda :
Demi
Allah, Dunia ini dibanding akherat tak lebih seperti halnya jika
seseorang dari kalian memasukkan jarinya (yahya-rawi-memberi isyarat
dengan jari telunjuk) ke laut. Lihatlah seberapa Air yang menempeldi
jari tersebut (itulah gambaran dunia). [HR. Muslim dalam Shahihnya, no. 2858].
Namun
demikian, ini bukan berarti bahwa dunia itu sendiri tercela, tetapi
yang dimaksut ialah terikat dengan dunia itulah yang tercela. Begitu
pula dengan pikiran orang, akalnya, panca indranya, perhatiannya, dan
perasaannya yang selalu dikuasai dunia, adalah tercela. Apalagi kalau
kemudian dia mencintai dan membenci sesuatu karena dunia, lalu melupakan
segalanya dalam upaya memperolehnya. Bila itu dilakukan oleh seseorang,
maka dia akan binasa tanpa di sadari, dan itu dikarenakan dia
benar-benar melalaikan tujuan diciptakannya dirinya dan tidak peduli
lagi dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Dia tidak menyadari bahwa
umat islam memang wajib berusaha, mencari rejeki dan melakukannya dengan
baik, tetapi harus punya prinsip, bahwa harta itu hanya sekedar sarana,
bukan tujuan.
Harta
hanyalah sarana agar dia tidak mengandalkan orang lain, dan agar bisa
dia menunaikan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya serta bertaqarub
kepada Allah dengan cara memberi manfaat kepada sesama hambanya, baik
kepada orang orang miskin maupun untuk kemashlahatan-kemashlahatan umum
lainnya. Dengan demikian, dia mengambil harta dengan cara yang halal dan
meletakkannya pada tempat yang halal pula. Dia mengambil dunia sekedar
bisa dia jadikan sebagai penolong agar dia dapat istiqomah melakukan
agamanya.
0 komentar:
Posting Komentar