Kamis, 20 Desember 2012

Panduan Shalat Tatawih

Tarawih artinya relax,santai, istirahat.

Ulama mengistilahkan Shalat sunnah ini dengan shalat tarawih, karena melihat riwayat yang menjelaskan tentang bagaimana cara Nabi SAW melakukannya. Yaitu dengan perlahan-lahan/relax/santai serta diselingi dengan istirahat setiap habis salam, sebagaimana riwayat di bawah ini :

Adalah Rasulullah SAW shalat 4 rekaat dimalam hari. Kemudian beliau beristirahat/bertarawih lama sekali, sehingga aku merasa kasihan kepadanya. [HR. Baihaqi juz 2, hal. 497]

WAKTU PELAKSANAAN

Setiap malam pada bulan Ramadhan, boleh dikerjakan diawal malam atau dipertengahan maupun di akhirnya, baik sebelum tidur maupun sesudah tidur. Tegasnya, shalat tarawih adalah shalat malam di bulan Ramadhan.

Dari Abu Dzarr, ia berkata : Kami berpuasa Ramadhan bersama Rasulullah SAW. Beliau tidak shalat (malam) bersama kami sehingga tinggal tujuh hari pada bulan itu. Lalu beliau shalat bersama kami sehingga lewat sepertiga malam, kemudian beliau tidak shalat malam bersama kami pada malam keenam. Tetapi beliau shalat malam bersama kami pada malam yang ke lima hingga lewat tengah malam. [HR. Abu Dawud juz 2, hal 50, no, 1375]

Dari Abdurrahman bin Abdul Qariyyi, bahwasannya ia berkata, “saya pernah keluar ke masjid bersama Umar bin Khaththab RA. Pada suatu malam di bulan Ramadhan, tiba-tiba kami dapati orang berkelompok-kelompok dan terpisah-pisah, ada yang shalat sendirian dan ada yang shalat yang diikuti beberapa orang. Maka Umar berkata, “saya berpendapat lebih baik mereka ini saya kumpulkan dengan diimami oleh seorang imam”. Kemudian Umar ber’azam dan mengumpulkan mereka itu dengan diimami oleh Ubay bin ka’ab. Kemudian saya keluar lagi bersama Umar pada malam yang lain, sedang orang-orang shalat dengan bermakmum kepada imam mereka. Umar berkata, “sebaik-baik bid’ah adalah ini”. Dan shalat yang mereka kerjakan pada akhir malam adalah lebih utama dari pada yang mereka kerjakan diawal malam. Sedangkan orang-orang biasa mengerjakannya diawal malam. [HR. Bukhari juz 2 : 252]

BILANGAN REKA’ATNYA

Shalat sunnah tarawih ini, bilangan rekaatnya yang biasa dikerjakan oleh Nabi SAW adalah sebelas rekaat beserta witirnya. Dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas, berapa saja seseorang mampu melaksanakannya higga habis waktu shalat sunnah tersebut, yaitu masuk waktu shubuh.

Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW shalat antara beliau selesai dari shalat ‘Isya hingga fajar, 11 rekaat. Beliau salam antara tiap-tiap 2 rekaat, lalu berwitir 1 rekaat”. [HR. Al-Jama’ah selain Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 39]

Telah berkata ‘Aisyah, “Adalah Rasulullah SAW pernah shalat 4 rekaat, jangan engkau tanya bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau shalat 4 rekaat, jangan engkau tanya bagusnya dan panjangnya, kemudian beliau shalat (witir) 3 rekaat”. [HSR. Bukhari dan Muslim]

Keterangan :

Maksud hadits tersebut, Nabi SAW shalat 2 rekaat salam, 2 rekaat salam lalu istirahat. Dilanjutkan lagi 2 rekaat salam, 2 rekaat salam lalu istirahat. Kemudian shalat witir 3 rekaat.
‘Aisyah RA berkata :

Bahwasannya Rasulullah SAW tedak melebihkan di bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan atas sebelas rekaat. [HR. Bukhari dan Muslim]

Keterangan ;

Hadits ini bukan merupakan batas dari Nabi SAW, tetapi hanya menunjukkan bahwa biasanya Nabi SAW shalat sebelas rekaat.

Dari Ibnu ‘Umar bahwasannya ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang shalat malam itu. Maka Rasulullah SAW menjawab, “Shalat malam itu 2 rekaat 2 rekaat. Maka apabila seseorang diantara kamu khawatir masuk shubuh hendaklah shalat witir 1 rekaat. Yang serekaat itu mewitirkan untuk shalat yang telah dikerjakan”. [HR. Muslim juz 1, hal. 516]

CARA PELAKSANAAN

1.      Boleh dengan jahr (suara nyaring) maupun sirr (suara lembut) :

Telah ditanya ‘Aisyah RA, “Bagaimana bacaan Nabi SAW pada waktu (shalat) malam ?”. Jawabnya, semuanya itu dikerjakan oleh Rasulullah SAW terkadang beliau membaca sirr (pelan) dan terkadang beliau membaca jahr ( nyaring)”. [HSR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi]

2.       Boleh dikerjakan dengan berjamaah maupun munfarid (sendirian)

Dari ‘Aisyah Ummul Mu’minin RA, bahwasannya pada suatu malam Rasulullah SAW shalat malam di masjid maka orang-orangpun turut shalat bersama Beliau, dan Beliau shalat pula pada malam berikutnya, maka bertambah banyak orang yang mengikutinya. Kemudian malam ketiganya ayau keempat mereka telah berkumpul, tetapi beliau tidak datang. Keesokan harinya beliau berkata, “ sungguh saya mengetahui apa yang kamu kerjakan semalam, saya tidak berhalangan untuk datang kepadamu, hanya saya takut jangan-jangan shalat itu kau anggap wajib”. (kata ‘Aisyah), “kejadian tersebut pada bulan Ramadhan”.[HSR. Bukhari juz 2, hal. 44].


Share : Brosur pengajian ahad pagi MTA

0 komentar:

Posting Komentar