Kamis, 20 Desember 2012

Ulama Terdahulu Menilai Dunia




‘Ali bi Abi Thalib berkata; “barang siapa bersikap zuhud di dunia, maka ringanlah segala musibah, dan barang siapa siap menghadapi maut, dia bersegera melakukan kebaikan-kebaikan”. [Tasliyah Ahl Al-Masho’ib karya Al-Manbaji hal. 328-329]

Hasan Al-Bashri berkata ; “Demi Allah yang menggenggam jiwaku, sesungguhnya aku telah mengalami hidup dari beberapa kaum yang menganggap dunia lebih hina dari tanah yang mereka injak ketika berjalan”. [Tasliyah Al-Masho’ib karya Al-Manbaji hal.328-329]

Hindun binti An-nu’man bin Al-Mundzir berkata: “sesungguhnya aku telah mengalami keadaan ketika kami menjadi bangsa paling jaya dan paling kuat kerajaannya, bahwa belum lagi matahari terbenam tiba-tiba kami menjadi bangsa paling miskin. Sesungguhnyalah, bahwa Allah pasti tidak akan memberi, suatu kegembiraan pada suatu negeri, kecuali memberinya pula suatu pelajaran”. [Al-Adab Asy-Syar’iyah karya ibnu Muflih 2/178]

Begitulah diantara para pendahulu kita menilai dunia ini, pada hakikatnya kesenangan dunia tidaklah kekal, kadang merasakan kebahagiaan dan kadang juga merasakan kesedihan, maka dunia jangan dijadikan tujuan, tapi jadikanlah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Sa’id bin Al-Musayyab berkata : “ tidak ada baiknya orang yang tidak ingin mengumpulkan harta secara halal, agar dapat menahan dirinya dari meminta kepada sesama manusia, bersilaturahim dengan sesama kerabatnya, dan memberikanya kepada orang lain sebagaimana mestinya”. [Mukhtashor Minhaj Al-Qoshidin hal. 196]

Seorang ulama salaf juga mengatakan : “jadikan harta sebagai sandal, agar kamu bisa terhindar dari duri dan panasnya terik matahari, dan janganlah kamu menjadi sandal dari harta”.

Karena itu, Alangkah bahagianya orang yang di karuniai Allah keyakinan dan mata hati tentang hakikat dunia, sehingga dia tidak teperdaya dengannya ataupun sedih karenanya, dan tidak pula merasa keberatan atas tidak diperolehnya suatu keberuntungan dunia.

0 komentar:

Posting Komentar