‘Ali bi Abi Thalib berkata;
“barang siapa bersikap zuhud di dunia, maka ringanlah segala musibah,
dan barang siapa siap menghadapi maut, dia bersegera melakukan
kebaikan-kebaikan”. [Tasliyah Ahl Al-Masho’ib karya Al-Manbaji hal. 328-329]
Hasan Al-Bashri berkata ;
“Demi Allah yang menggenggam jiwaku, sesungguhnya aku telah mengalami
hidup dari beberapa kaum yang menganggap dunia lebih hina dari tanah
yang mereka injak ketika berjalan”. [Tasliyah Al-Masho’ib karya Al-Manbaji hal.328-329]
Hindun binti An-nu’man bin Al-Mundzir berkata:
“sesungguhnya aku telah mengalami keadaan ketika kami menjadi bangsa
paling jaya dan paling kuat kerajaannya, bahwa belum lagi matahari
terbenam tiba-tiba kami menjadi bangsa paling miskin. Sesungguhnyalah,
bahwa Allah pasti tidak akan memberi, suatu kegembiraan pada suatu
negeri, kecuali memberinya pula suatu pelajaran”. [Al-Adab Asy-Syar’iyah karya ibnu Muflih 2/178]
Begitulah
diantara para pendahulu kita menilai dunia ini, pada hakikatnya
kesenangan dunia tidaklah kekal, kadang merasakan kebahagiaan dan kadang
juga merasakan kesedihan, maka dunia jangan dijadikan tujuan, tapi
jadikanlah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Sa’id bin Al-Musayyab berkata :
“ tidak ada baiknya orang yang tidak ingin mengumpulkan harta secara
halal, agar dapat menahan dirinya dari meminta kepada sesama manusia,
bersilaturahim dengan sesama kerabatnya, dan memberikanya kepada orang
lain sebagaimana mestinya”. [Mukhtashor Minhaj Al-Qoshidin hal. 196]
Seorang ulama salaf juga mengatakan :
“jadikan harta sebagai sandal, agar kamu bisa terhindar dari duri dan
panasnya terik matahari, dan janganlah kamu menjadi sandal dari harta”.
Karena
itu, Alangkah bahagianya orang yang di karuniai Allah keyakinan dan
mata hati tentang hakikat dunia, sehingga dia tidak teperdaya dengannya
ataupun sedih karenanya, dan tidak pula merasa keberatan atas tidak
diperolehnya suatu keberuntungan dunia.
0 komentar:
Posting Komentar