“Salah satu tanda baiknya keislaman seseorang adalah jika dia meninggalkan apa-apa yang tidak berguna bagi dirinya”. (HR. Tirmidzi no. 2319)
Dalam
keterangan mengenai hadits ini, Ibnu Rajab berkata : “yang dimaksud
disini bukan berarti orang itu harus meningglkan apa-apa yang tidak ia
pedulikan dan tidak dia minati dikarenakan menuruti hawa nafsunya dan
memperturutkan keinginan hatinya, tetapi dia meninggalkannya karena
tuntutan syariat dan hukum islam. Karena itu, Nabi SAW menganggap sikap
seperti itu adalah satu tanda baiknya keislaman seseorang. Maksutnya,
jika keislaman seseorang itu baik, maka dia akan meninggalkan sesuatu
yang tidak bermanfaat menurut ajaran islam, baik berupa perkataan maupun
perbuatan, karena keislaman seseorang menuntutnya melaksanakan
kewajiban-kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, segala
perkara yang syubhat maupun yang makruh, bahkan meninggalkan apa-apa
yang diperbolehkan tetapi tidak diperlukan.
Demikianlah,
karena itu semua tidak berguna bagi seorang muslim, manakala telah
sempurna islamnya dan telah mencapai derajat ihsan, yaitu bila ia
beribadah kepada Allah ta’ala seakan-akan dia melihat-Nya ; dan kalaupun
dia tidak melihat-Nya, dia yakin bahwa Allah melihatnya.
Barangsiapa
beribadah kepada Allah ta’ala dengan membayangkan dirinya berada
didekat Allah, atau dia menyasikka-Nya dalam hatinya, atau dia merasa
Allah ada didekatnya dan melihat dirinya, dia pasti akan meninggalkan
segala hal yang tidak berguna bagi dirinya dalam islam. Lalu dia
berusaha menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya
dalam islam.
Dari kedua keadaan tersebut, maka lahirlah
rasa malu kepada Allah, lalu dia meninggalkan segala yang akan membuat
dirinya malu kepada Allah.” (Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam h.174)
0 komentar:
Posting Komentar