Mitiara. Awalnya itu bukan
apa-apa. Hanya butiran pasir dan debu kotor. Yang tak ada harganya. Waktu yang
kemudian membentuknya, detik demi detik, di kedalaman samudera, dalam kegelapan
cangkang makhluk-Nya. Dengan proses yang demikian panjang dan pelan, penuh
kesabaran. Pun kemudian, keindahannya juga tak dapat segera dinikmati begitu
saja, kerena ia harus dijemput dikedalaman lautan, dikeluarkan dari rumahnya
yang kokoh dan dibersihkan, disepuh dan diolah hingga menjadi perhiasan
istimewa. Sungguh sebuah proses yang panjang dan melelahkan, bahkan bukan tidak
mungkin terhenti di tengah jalan.
***
Mungkin engkau pernah merasa
dirimu bukan apa-apa saat ini. Bahkan bisa jadi lebih dari itu, engkau membenci
dirimu sendiri, sebagai manusia tak berguna, makhluk sia-sia. Begitu banyak
kekurangan, begitu banyak kesalahan dan keburukan. Apalagi ketika kau melihat
orang lain yang nampak lebih sempurna dan memiliki begitu banyak kelebihan,
rasanya kau makin ingin tenggelam. Mengapa orang lain begitu banyak memiliki kelebihan
sedang aku tidak memiliki apa-apa kecuali kekurangan? Mengapa aku buruk sedang
orang lain cakep? Mengapa orang lain berhasil sedang aku selalu gagal? Mengapa
orang lain kaya dan aku miskin? Serta beribu ‘mengapa’ lainnya yang akan
membuat kita kecewa dan terluka, serta terpaku pada kekurangan-kekurangan yang
kita miliki.
Padahal saya percaya, setiap kita
tahu dan yakin, bahwa Allah tidak mungkin menciptakan makhluk-Nya hanya dengan
kekurangan saja atau kelebihan saja. Hanya mudharat saja tanpa manfaat, atau
sebaliknya. Pun kita manusia, pastilah memiliki keduanya dalam porsi yang
imbang. Dia yang Maha kuasa membekali manusia dengan segala kebaikan,
menjadikan setiap insan memiliki keistimewaan. Hanya saja proses hidup yang
kita alami telah membuatnya hanya menjadi potensi terpendam, tak muncul ke
permukaan, bahkan mungkin ia, sekalipun ia pernah muncul di masa kecil kita,
kemudian terkubur oleh segala tekanan dan rintangan.
Padahal, ibarat mutiara, kita tak
dapat menjadi berharga begitu saja. Kita butuh waktu untuk membentuknya. Kita butuh
proses panjang untuk mendapatkan keindahannya. Dan proses ini, butuh
ketelatenan dan kesabaran.
Ya, sesungguhnya setiap kita
adalah mutiara yang memiliki pancaran keindahan kita masing-masing, seperti
apapun adanya kita awalnya. Kita hanya harus menyepuhnya untuk membuatnya
menjadi berharga. Dan proses menyepuh ini, banyak cara dan jalannya.
Rintangan, hambatan, pengalaman,
pembelajaran, baik oleh diri sendiri maupun orang lain, tidak akan menjadi
masalah. Karena pada dasarnya kita adalah mutiara. Kita hanya harus berusaha
semaksimal kita, membuka mata, membuka telinga dan membuka hati.
Hanya satu awal yang perlu kita
lakukan: itikad dan keyakinan untuk menjadi mutiara. Sungguh saya ingin menjadi
mutiara, melalui berbagi dan berbakti pada sesama. Engkau? Menjadi mutiara
seperti apa yang engkau inginkan?
***
Kutipan
dari buletin dakwah Madani
0 komentar:
Posting Komentar